Tiba-tiba saja, berbagai faksi gerakan Papua Merdeka di dalam negeri ataupun di luar negeri ramai-ramai menolak rencana perpanjangan program Otonomi Khusus untuk Papua dan Papua Barat, yang populer dengan sebutan Otsus-II.
Saya coba memahami dan mencermati argumen-argumen penolakan Otsus itu, dan untuk sementara saya menyimpulkan, argumen-argumen itu coba dipropagandakan dengan narasi: “Kami menolak Otsus-II. Sebab yang kami inginkan adalah merdeka”.
Ok, kalian menuntut kemerdekaan. Tapi apa urusanmu dengan Otsus-II?
Saya tidak paham berbagai argumen penolakan itu. Dan semakin tidak paham jika penolakan Otsus-II itu diperhadapkan (head-to-head) dengan tuntutan kemerdekaan Papua.
Pemerintah Indonesia membuat Otsus-II di Papua sama sekali tidak berargumentasi dengan mengatakan misalnya: “Otsus dipertukarkan dan/atau diperhadapkan dengan tuntutan kemerdekaan”.
Dan Pemerintah Indonesia tidak peduli dengan tuntutan kemerdekaan ataupun referendum untuk Papua. Dan tidak ada hubungan antara Otsus-II dan tuntutan kemerdekaan. Sebab Pemerintah Indonesia tetap akan melanjutkan dan melaksanakan Otsus-II, tidak peduli ada atau tidak-ada tuntutan kemerdekaan Papua.
Pemerintah Indonesia juga tidak pernah mengatakan: kami melakukan Otsus-II agar orang asli Papua tidak menuntut kemerdekaan. Tidak singkron, Kaka!
Benny Lapago, | Den Haag, 06 Juli 2020