Pembangunan jalan Trans-Papua bukan hanya akan menghubungkan Provinsi Papua dengan Papua Barat, tetapi juga telah-sedang-akan membuka akses menuju/dari wilayah Papua yang terisolasi. Manfaat jangka panjangnya menurunkan angka kemahalan barang dan jasa.
Intinya, jalan Trans Papua, misalnya ruas Jayapura-Wamena, akan meningkatkan konektivitas menuju dan antar delapan kabupaten di wilayah Pengunungan Papua yakni Yalimo, Jayawijaya, Tolikara, Puncak Jaya, Puncak (Sinak-Ilaga), Lanny Jaya, Memberamo Tengah dan Nduga.
Total panjang Jalan Trans Papua: 4.330,07 Km.
Total Jalan Perbatasan Papua: 1.098,2 km
Trans-Papua
Ruas jalan Jayapura – Wamena sepanjang 575 Km sudah tembus, meski baru sebagian yang diaspal dan sebagian lainnya masih berupa jalan tanah dan/atau kerikil yang secara bertahap akan terus ditingkatkan kualitasnya.
Wamena-Paro 97,6 km.
Paro-Mumugu: 136,2 km.
Wamena-Habema-Mugi-Kenyam-Batas Batu-Mumugu: 278,6 Km (segmen-5)
Trans-Papua Barat
Trans-Papua di provinsi Papua Barat total sepanjang 1.070,62 km dan telah terhubung seluruhnya sejak 2017, dan terbagi dalam dua segmen utama, yaitu:
Segmen-I menghubungkan Sorong-Maybrat-Monokwari sepanjang 594,81 km.
Segmen-II menghubungkan Manokwari-Mameh-Wasior-Pertabatsaan Provinsi Papua dan Papua Barat sepanjang 475,81 km.
Kedua segmen tersebut (1.070,62 km) dapat dilintasi dengan waktu tempuh 36 jam.
Catatan:
Meski tak sama persis, tantangan dan kendala pembangunan jalan Trans-Papua mungkin bisa dibandingkan ketika Amerika membangun jalur kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai baratnya pada abad ke-19 (1863 sampai 1869). Awalnya proyek itu disebut Transcontinental Railroad, karena menghubungkan benua Amerika dari barat ke timur, lalu kemudian populer dengan nama “Pasific Railroad”, karena memang menghubungkan dua pesisir samudera: Pasifik di barat dan Atlantik di timur, sebelum akhirnya dinamai Overland Route setelah menghubungkan semua pelosok di daratan Amerika Serikat. Dalam proses pembangunannya, ratusan bahkan ribuan pekerja tewas seperti kadang ditampilkan dalam film-film cowboy produksi Hollywood.
Jika pada akhirnya jalan Trans-Papua tersambung seperti yang diilustrasikan pada gambar ilustrasi artikel ini (lihat garis-garis berwarna kuning), Papua akan menjadi destinasi wisata dan medan yang menarik bagi para pencinta perjalanan dan petualangan.
Namun, untuk merealisasikan harapan Papua itu, kendalanya memang tidak enteng. Mengacu pada pengamatan awal terhadap proses pembangungan trans-Papua sejak 2015, terdapat setidaknya tiga klasifikasi kendala dan tantangan yang memang tidak gampang, yaitu:
Pertama, medan yang berat: membela pegunungan, jurang yang terjal, melintasi sungai yang kecil ataupun besar. Jangan dibayangkan seperti ketika Daendels membangun jalur Pantura di Pulau Jawa (awal abad ke-19), yang medannya datar dan lurus. Jalan trans Papua dibangun dengan menembus hutan belantara, meliuk-liuk tak karuan. Sebagai gambaran, di ruas Wamena-Paro-Mumugu sepanjang 233,8 km diperlukan 35 jembatan.
Kedua, gangguan keamanan dari kelompok bersenjata. Contoh kongkretnya adalah penyerangan terhadap pekerja jalan Trans-Papua di wilayah yang sepi: pada awal Desember 2018, para pekerja konstruksi diserang di Kali Yigi (Km 102+525) dan Kali Aurak (Km 103+975) yang terletak di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Ketiga, soal pembiayaan. Sebab jalan Trans-Papua jangan dibayangkan seperti membangun jalan-jalan yang menghubungkan antar tiik di pulau Jawa dan Sumatera atau di Kalimantan dan Sulawesi, yang menggiurkan banyak investor karena nilai ekonomisnya. Jalan Trans Papua adalah jalan baru, membuka akses baru antar wilayah yang sebagian besar belum mapan secara ekonomi, pengguna jalannya masih sedikit, mobilitas barang dan jasa tidak sekencang di Jawa, Sumatera, atau Sulawesi dan Kalimantan. Karena itu, pembiayaan pembangungan jalan Trans Papua memang harus didasari logika “komitmen kedaulatan”. Sebab soal kedaulatan sebuah negara memang tidak bisa diolah dan dikelola dengan anggaran yang tanggung.
08 Juli 2019
Sumber materi dan data utama artikel diambil dari situs Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) d Table 3 Acce