Di Belanda, ada sebuah Kelompok Separatis Papua (KSP) yang bernama WPNGNC (West Papua New Guinea National Congress), yang dipimpin oleh Michael Kareth. Lantas siapa Michael Kareth (MK) dan apa itu WPNGNC?
WPNGNC (West Papua New Guinea National Congress)
WPNGNC adalah organisasi metaforsis dari sebuah kumpulan yang pernah dibentuk di Papua New Guine (PNG) dengan nama National Congress of West Papua (NCWP), yang sebenarnya dapat diposisikan sebagai organisasi liar, karena NCWP atau WPNGNC tidak memiliki akte pendirian secara resmi (catatan: hampir semua organisasi Papua di luar negeri adalah organisasi maya, hanya eksis di dunia maya).
Pada tahun 1997, ketika masih berada di PNG, MK pernah “menitipkan” kepada dua orang Papua, yang kebetulan melakukan perjalanan ke Brussel Belgia, untuk membacakan deklarasi kemerdekaan, versi Michael Kareth, di depan gedung Parlemen Eropa pada 27 Nopember 1997.
Dengan gaya halusinasi, Michael Kareth dan pendukungnya lalu mengklaim dan berbohong kepada orang-orang Papua bahwa pembacaan deklarasi itu dilaksanakan di ruang kerja (bahkan diteken) Ketua Parlemen Eropa ketika itu. Sejak itu, MK menganggap semua peringatan deklarasi kemerdekaan Papua lainya adalah tidak sah, dan mengklaim bahwa tanggal 27 Nopember sebagai hari kemerdekaan Papua yang paling sah.
Sebagai perbandingan, modus operandi seperti yang dilakukan oleh MK tersebut, juga banyak dilakukan oleh para aktivis Papua di luar negeri. Misalnya, kelompok Free West Papua Campaign-Nederland (FWPC-NL) pimpinan Raki Ap di Belanda, seringkali melakukan kegiatan dengan menyewa satu ruangan, misalnya di gedung Parlemen Belanda. Kemudian dipublikasikan melalui berbagai outlet media bahwa kegiatan itu diselenggarakan di Gedung Parlemen, guna memberikan kesan WOW, seolah-olah mendapatkan dukungan dari anggota Parlemen.
Dan berdasaran catatan kronologisnya, Michael Kareth mengungsi ke PNG pada 1984. Selanjutnya pada Mei 2004, Michael Kareth (ketika itu berusia 49) datang ke Belanda, bersama dua temannya: Mesach Bame (44) and Caleb Way (26).
Membajak nama pejabat
MK sudah puluhan tahun menipu para pengikutnya di Papua. Karena aksi tipu-tipu itu sudah dilakukan sejak MK masih menjadi pelarian di Papua New Guinea (PNG).
Untuk mendapatkan legitimasi kebohongannya, MK seringkali membajak nama-nama pejabat pemerintah dari berbagai bangsa di dunia, antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Selandia Baru. Bahkan juga almarhum mantan Presiden Soeharto, mantan Presiden SBY, Presiden Jokowi, dan mantan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Modusnya?
MK mengirim surat kepada pejabat pemerintah di negara tertentu untuk meminta audisi, yang sebenarnya MK sendiri menyadari, bahwa surat permintaan audisi tersebut tidak mungkin dikabulkan. Namun MK hanya berharap surat permintaan audisinya direspon dengan “surat balasan resmi”.
(Catatan: dalam tradisi institusional di negara-negera maju di Barat, setiap surat dari siapapun umumnya akan dibalas, sebagai bagian dari etika. Artinya balasan surat tersebut bukan menunjukkan bahwa pihak yang membalas mendukung. Sekedar soal etika saja).
Jika sudah mendapatkan surat balasan, MK kemudian menyebarluaskan surat balasan itu untuk memberikan kesan bahwa dirinya penting dan dan organisasinya (WPNGNC) diklaim sebagai organisasi perjuangan papua yang paling diakui di seluruh dunia.
Cerita-cerita pencitraan yang muluk-muluk, yang dari waktu ke waktu disebarluaskan oleh MK, bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan para pejabat dan pemimpin pemerintahan di berbagai negara di dunia, adalah kebohongan terbesar dari MK sejak tahun 1998. Pencitraan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menipu orang-orang Papua terutama di dalam negeri.
Kasus terakhir terjadi pada 30 September 2019, MK mengirim surat kepada Presiden Jokowi dengan tembusan Kapolri saat itu Jenderal Tito Karnavian, yang meminta agar pengikutnya di Papua dan Papua barat diizinkan merayakan hari kemerdekaan Papua pada 27 Nopember 2019. Tentu saja surat kepada ini tidak berbalas. Namun kemudian MK mengklaim dan berbohong bahwa ia telah meminta izin dan mendapatkan jaminan keamanan, lalu mendorong simpatisan dan pendukungnya di Papua dan Papua Barat, untuk merayakan kemerdekaan Papua pada 27 November 2019.
Kehidupan pribadi Michael Kareth
Menurut beberapa orang Papua di Belanda, MK sebenarnya hanya berpendidikan/bertitel BA (tapi MK sering mengaku bertitel Drs).
MK telah menipu para pengikutnya bahwa hanya proklamasi kemerdekaan Papua tanggal 27 November 1997, yang diakui oleh dunia internasional. (Pertanyaannya, kapan merdeka, kok tiba-tiba diakui?).
Dan sialnya, berdasarkan klaim bahwa dirinya memiliki hubungan internasional, MK tak segan-segan meminta pengikutnya, terutama di dalam negeri, untuk mengirimkan banyak uang kepadanya, dengan alasan perlu dukungan dana untuk membina network internasional yang sedang dibangunnya sebagai presiden WPNGNC.
Namun semua uang yang sudah puluhan tahun dikirim oleh para pengikutnya tersebut hanya dihabiskan untuk makan dan minum-minum serta bermain judi. Ketika masih berada di PNG, MK sudah dikenal gemar berjudi di pacuan kuda dan pacuan anjing. Di Belanda semua uang dihabiskan di meja judi casino di kota Eindhoven. Karena gemar berjudi inilah, sebagian warga Papua di Belanda menjuluki Michael Kareth dengan gelar “Presiden Casino”. Jika pembaca kadang mampir di gedung Casiono di wilayah Eindhoven, kemungkinan sekali Anda akan pernah bersua dengan Michael Kareth.
Karena itu, MK perlu terus menerus mengarang cerita kebohongan baru untuk membius para pengikut dan pendukungnya di Papua. Tujuannya, agar simpatisan dan pendukungnya senang dan terus mengirimkan uang kepada MK.
Michael Kereth berdomisili di Boekel, Belanda (sekitar 110 km ke arah tenggara dari Den Haag, dekat Eindhoven). Memiliki empat orang anak yang semuanya drop-out dari sekolah, yaitu Israel Kareth, Michael Jr., Winner Kareth. Seorang anaknya bernama Nixon Kareth wafat 18 Februari 2018 dan dimakamkan di Papua. Istrinya sudah wafat
Singkat kata, MK tak mampu mengurus dirinya sendiri dan keluarganya. Ia bahkan tidak mampu membayar sewa rumahnya di Boekel. Akibatnya, ia diusir dari rumah tinggalnya, dan kini ditempatkan di penampungan di bawah perwalian Gemeente Boekel (Pemerintah Kota Boekel). Dana sosialnya langsung dipotong oleh pihak Gemeente untuk membayar utang-utangnya, dan hanya menerima sekitar 50 euro per minggu.
Tidak aneh, figur Michael Kereth menjadi obyek cemoohan di kalangan komunitas Papua di Belanda. Anak-anak kandungnya saja yang menjadi pendukungnya. Klaimnya bahwa hari kemerdekaan Papua yang paling sah adalah tanggal 27 November, tidak mendapatkan pengakuan dari hampir semua warga Papua di Belanda.
Simpul kalimat, karena sering berbohong, Michael Kareth digelari “Abu Nawas”. Karena gemar berjudi, Michael Kareth dijuluki “Presiden Casino”. Dan adalah sangat naif jika seorang “Presiden Casino” dan “Abu Nawas” mengklaim dirinya sebagai pemimpin Papua.
Benny Lapago
Den Haag, 04 Desember 2019